Gelandang Brasil masih digilai Milanisti, namun sebaiknya dia diboyong kembali ke San Siro untuk alasan yang tepat
Filippo Inzaghi baru saja menerima tugas sebagai pelatih tim junior AC Milan. Striker legendaris Italia itu bisa menjadi juru bicara kelompok fans mengingat reaksinya ketika mendengar kabar bahwa Il Diavolo tengah berupaya mengembalikan Kaka ke San Siro.
"Sebagai seorang Milanisti, peluang [Kaka] kembali membuat saya merinding," demikian ucap Inzaghi beberapa waktu lalu.
"Sebagai seorang Milanisti, peluang [Kaka] kembali membuat saya merinding," demikian ucap Inzaghi beberapa waktu lalu.
Antusiasme yang dirasakan Inzaghi memang terbilang wajar, mengingat Kaka tidak ubahnya seorang pahlawan bagi raksasa Italia. Selama enam tahun bersama Milan, bintang Brasil itu menempatkan dirinya sebagai salah satu pemain terbaik dunia dengan merebut Ballon d'Or pada 2007 serta mencatat total 95 gol dalam 269 pertandingan.
Meski demikian, Kaka jelas bukan pemain yang sama yang meninggalkan Milan untuk pergi ke Real Madrid tiga tahun lalu dan fans Milan tidak bodoh; mereka tidak akan membiarkan kemarahan mereka karena klub menjual dua pemain terbaik mereka, Zlatan Ibrahimovic dan Thiago Silva, dimanfaatkan dengan mendatangkan mantan idola.
APakah Lala masih memiliki sesuatu yang bisa ditawarkan di level tertinggi? Tentu saja. Tapi, tentunya harus ada tingkat rasionalitas untuk kembali mendatangkan pemain 30 tahun yang rentan cedera. Betapapun romantis ide tersebut terdengar, mendatangkan Kaka kembali hanya masuk akal jika...
Seperti telah diungkapkan sebelumnya, Milan terpaksa menjual Ibrahimovic dan Thiago Silva untuk alasan keuangan. Karena itulah, membelanjakan €20 juta untuk pemain 30 tahun yang telah melewati masa-masa terbaiknya bukan hanya akan terdengar menggelikan, tapi juga mengkhawatirkan jika mereka mendatangkannya kembali dengan gaji yang besar. Bintang Selecao kabarnya menerima gaji sekira €10 juta per tahun di Santiago Bernabeu. Jika Milan membayar Kaka dengan gaji mendekati angka itu, bahkan jika mereka berhasil membujuk Madrid untuk menurunkan angka yang diminta, hal ini jelas akan mencoreng nama Milan yang telah bertekad menjunjung tinggi era baru sehubungan dengan tanggung jawab fiskal.
Meski begitu, Kaka dikabarkan bersedia menerima potong gaji dalam nominal cukup besar untuk memastikan kesepakatan tetap tercapai. Hal yang tidak mengejutkan jika mengingat karakternya.
Tentu saja, pemain kebangsaan Brasil itu mampu ambil bagian dalam serangan Rossoneri. Pada masa terbaiknya, permainannya sangat menyenangkan untuk dilihat, seorang pemain yang mampu menerobos pertahanan seketat apapun dengan operan-operan cantiknya - umpan terobosannya kepada Hernan Crespo pada final Liga Champions sangat cantik untuk dilihat - serta pergerakan elegannya. Sebagai trequartista, Kaka yang fit 100 persen sulit untuk ditandingi. Jika dia kembali ke San Siro, pada posisi inilah sebaiknya dia digunakan.
Milan harus berpikir keras dan lama tentang wacana mengembalikan Kaka, mengingat Kevin-Prince Boateng semakin matang sebagai gelandang serang dalam 12 bulan terakhir. Apakah perlu membuang uang untuk Kaka jika pelatih Massimiliano Allegri akan memilih menurunkan Boateng yang lebih muda dan dinamis dalam lubang pada formasi kesukaannya, 4-3-1-2? Lebih lanjut, setelah dipaksa menjadi pelapis Mesut Ozil selama dua tahun terakhir di Madrid, hal terakhir yang diinginkan Kaka adalah menyia-nyiakan lebih banyak waktu sebagai pemain pengganti.
Memang, musim lalu Kaka telah menunjukkan permainan yang mengingatkan semua orang bahwa dia adalah pesepakbola berbakat dan cerdas. Namun, badai cedera serta usia telah menunjukkan dampaknya. Milan tidak bisa mengharapkan keajaiban dari mantan bintang mereka. Tidak diragukan lagi, Kaka akan menjadikan skuat lebih kuat, selain itu kehadirannya juga akan membangkitkan semangat semua orang di klub setelah musim panas yang mengecewakan. Kendati demikian, tentu harus ada sikap realistis terkait apa yang bisa dicapai pemain 30 tahun itu.
Selain itu yang lebih penting, Galliani harus menghindari melakukan kesalahan dengan menjadikan Kaka sebagai sosok yang menggambarkan 'Milan baru'. Hal itu akan mengusik kecerdasan fans. Rossoneri jelas akan menyambut kembali masa lalu mereka, tapi hanya jika pemain itu masuk dalam rencana besar untuk membangun masa depan klub yang lebih cerah.
Meski demikian, Kaka jelas bukan pemain yang sama yang meninggalkan Milan untuk pergi ke Real Madrid tiga tahun lalu dan fans Milan tidak bodoh; mereka tidak akan membiarkan kemarahan mereka karena klub menjual dua pemain terbaik mereka, Zlatan Ibrahimovic dan Thiago Silva, dimanfaatkan dengan mendatangkan mantan idola.
APakah Lala masih memiliki sesuatu yang bisa ditawarkan di level tertinggi? Tentu saja. Tapi, tentunya harus ada tingkat rasionalitas untuk kembali mendatangkan pemain 30 tahun yang rentan cedera. Betapapun romantis ide tersebut terdengar, mendatangkan Kaka kembali hanya masuk akal jika...
HARGANYA TEPAT |
Sedikit mengkhawatirkan jika mendengar kabar-kabar di Spanyol bahwa nilai transfer Kaka bisa jadi berada di kisaran €20 juta. Di permukaan, ini merepresentasikan bisnis yang sangat baik untuk Milan, yang membawa trequartista pada 2003 seharga €8,5 juta (atau "seharga kacang goreng", menurut pemilik klub Silvio Berlusconi) sebelum menjualnya ke Los Blancos pada 2009 dengan harga mencapai €65 juta.
Akan tetapi, bisakah Milan, setelah menyelesaikan masalah keuangan mereka, membenarkan transfer mahal itu untuk pemain yang tidak memiliki nilai jual serupa setelah hanya mampu tampil dalam 65 pertandingan La Liga sepanjang tiga musim terakhir akibat rangkaian cedera serta masalah kebugaran tubuh?
Akan tetapi, bisakah Milan, setelah menyelesaikan masalah keuangan mereka, membenarkan transfer mahal itu untuk pemain yang tidak memiliki nilai jual serupa setelah hanya mampu tampil dalam 65 pertandingan La Liga sepanjang tiga musim terakhir akibat rangkaian cedera serta masalah kebugaran tubuh?
UANG TIDAK MENJADI MASALAH |
Seperti telah diungkapkan sebelumnya, Milan terpaksa menjual Ibrahimovic dan Thiago Silva untuk alasan keuangan. Karena itulah, membelanjakan €20 juta untuk pemain 30 tahun yang telah melewati masa-masa terbaiknya bukan hanya akan terdengar menggelikan, tapi juga mengkhawatirkan jika mereka mendatangkannya kembali dengan gaji yang besar. Bintang Selecao kabarnya menerima gaji sekira €10 juta per tahun di Santiago Bernabeu. Jika Milan membayar Kaka dengan gaji mendekati angka itu, bahkan jika mereka berhasil membujuk Madrid untuk menurunkan angka yang diminta, hal ini jelas akan mencoreng nama Milan yang telah bertekad menjunjung tinggi era baru sehubungan dengan tanggung jawab fiskal.
Meski begitu, Kaka dikabarkan bersedia menerima potong gaji dalam nominal cukup besar untuk memastikan kesepakatan tetap tercapai. Hal yang tidak mengejutkan jika mengingat karakternya.
DIA BUKANLAH SATU-SATUNYA PEMAIN BARU |
Alasan lain mengapa Milan harus menghindari membayar mahal untuk Kaka adalah karena mereka jelas harus memperkuat skuat di area yang berbeda. Dalam situasi ekonomi mereka saat ini, Rossoneri jelas tidak bisa menyia-nyiakan sesen pun. Uang yang didapat dari penjualan Ibrahimovic dan Silva harus bisa dimanfaatkan sebaik mungkin karena, selain melepas dua pemain mereka yang paling berpengaruh, Milan juga kehilangan sejumlah pemain legendaris sejak akhir musim lalu, termasuk Alessandro Nesta. Artinya, jiwa dari pertahanan Rossoneri benar-benarng sudah dicabut.
Kebutuhan bek kiri yang berkualitas sejak beberapa waktu lalu belum juga terselesaikan. Selain itu, masalah lini depan. Jika Milan ingin memiliki peluang merebut Scudetto musim ini, mereka harus mendatangkan pencetak gol tangguh. Adriano Galliani berjanji akan mencari pengganti Ibra, Capocannoniere tahun lalu, dengan seorang 'juara', namun striker seperti itu tidak akan didapat dengan murah. Intinya, kembalinya Kaka tidak akan bisa menutupi lubang besar dalam skuat Milan.
Kebutuhan bek kiri yang berkualitas sejak beberapa waktu lalu belum juga terselesaikan. Selain itu, masalah lini depan. Jika Milan ingin memiliki peluang merebut Scudetto musim ini, mereka harus mendatangkan pencetak gol tangguh. Adriano Galliani berjanji akan mencari pengganti Ibra, Capocannoniere tahun lalu, dengan seorang 'juara', namun striker seperti itu tidak akan didapat dengan murah. Intinya, kembalinya Kaka tidak akan bisa menutupi lubang besar dalam skuat Milan.
DIA AKAN DIMAINKAN DALAM PERAN TERBAIKNYA |
Tentu saja, pemain kebangsaan Brasil itu mampu ambil bagian dalam serangan Rossoneri. Pada masa terbaiknya, permainannya sangat menyenangkan untuk dilihat, seorang pemain yang mampu menerobos pertahanan seketat apapun dengan operan-operan cantiknya - umpan terobosannya kepada Hernan Crespo pada final Liga Champions sangat cantik untuk dilihat - serta pergerakan elegannya. Sebagai trequartista, Kaka yang fit 100 persen sulit untuk ditandingi. Jika dia kembali ke San Siro, pada posisi inilah sebaiknya dia digunakan.
Milan harus berpikir keras dan lama tentang wacana mengembalikan Kaka, mengingat Kevin-Prince Boateng semakin matang sebagai gelandang serang dalam 12 bulan terakhir. Apakah perlu membuang uang untuk Kaka jika pelatih Massimiliano Allegri akan memilih menurunkan Boateng yang lebih muda dan dinamis dalam lubang pada formasi kesukaannya, 4-3-1-2? Lebih lanjut, setelah dipaksa menjadi pelapis Mesut Ozil selama dua tahun terakhir di Madrid, hal terakhir yang diinginkan Kaka adalah menyia-nyiakan lebih banyak waktu sebagai pemain pengganti.
SEMUA ORANG BERSIKAP REALISTIS |
Memang, musim lalu Kaka telah menunjukkan permainan yang mengingatkan semua orang bahwa dia adalah pesepakbola berbakat dan cerdas. Namun, badai cedera serta usia telah menunjukkan dampaknya. Milan tidak bisa mengharapkan keajaiban dari mantan bintang mereka. Tidak diragukan lagi, Kaka akan menjadikan skuat lebih kuat, selain itu kehadirannya juga akan membangkitkan semangat semua orang di klub setelah musim panas yang mengecewakan. Kendati demikian, tentu harus ada sikap realistis terkait apa yang bisa dicapai pemain 30 tahun itu.
Selain itu yang lebih penting, Galliani harus menghindari melakukan kesalahan dengan menjadikan Kaka sebagai sosok yang menggambarkan 'Milan baru'. Hal itu akan mengusik kecerdasan fans. Rossoneri jelas akan menyambut kembali masa lalu mereka, tapi hanya jika pemain itu masuk dalam rencana besar untuk membangun masa depan klub yang lebih cerah.